Sabtu, 07 Desember 2013

contoh skrispi FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLANT DI DESA SIPANGE SIUNJAM KECAMATAN SAYUR MATINGGI KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2013



BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan alat kontrasepsi adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2008)
            Di Indonesia masalah kematian ibu adalah masalah yang sangat kompleks seperti status wanita dan pendidikan.  Masalah tersebut juga diperbaiki sejak awal. Tetapi kurang realistis apabila mengharapkan perubahan drastis dalam waktu yang singkat. Tingginya angka kelahiran berkaitan erat dengan usia wanita pada saat perkawinan pertama.  Secara nasional, meskipun usia kawin pertama umum 25-49 tahun, telah ada peningkatan.  Namun umur kawin yang pertama menunjukkan angka yang relatif rendah, yakni 19,2 tahun, median umur kawin di pedesaan 18,3 tahun dan di perkotaan 20,3 tahun (Depkes RI, 2008).
Pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara.  Pada saat sekarang ini paradigma program KB telah mempunyai visi dari   mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan keluarga berencana yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memilih jumlah anak yang ideal. berwawasan ke depan, bertanggung jawab dan harmonis.  Visi tersebut dijabarkan dalam 6 visi yaitu memberdayakan masyarakat, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahtera-an, kemandirian dan ketahanan keluarga. Meningkatkan kegiatan khusus kualitas KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi dan meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program KB serta mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sejak pembuahan dan kandungan sampai pada usia lanjut. Salah satu alat kontrasepsi yang digalakkan pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)  adalah implant (Hartanto, 2010).
            Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi implant di seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, dan IUD, terutama di negara-negara berkembang. Persentase pengguna alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil yaitu 30,5%, IUD yaitu 15,2% sedangkan implant di bawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7% (Safrina, 2012).
            Tingkat kesejahteraan juga dapat ditentukan terhadap seberapa jauh gerakan keluarga berencana dapat dilakukan dan diterima oleh masyarakat.  Salah satu bagian dari program KB nasional adalah KB implant.  Kontrasepsi untuk kebutuhan KB yang terus berkembang dari tahun ke tahun. Pemasangan norplant (susuk KB), sederhana dan dapat diajarkan, tetapi masalah mencabut susuk KB memerlukan perhatian karena sulit dicari metode yang mudah dan aman (Manuaba, 2010).
Meskipun program KB Implant dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaannya hingga saat ini juga masih mengalami hambatan-hambatan yang dirasakan antara lain adalah masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yang masih belum menjadi peserta KB. Disinyalir ada beberapa faktor penyebab mengapa wanita PUS enggan menggunakan alat maupun kontrasepsi. Faktor-faktor tersebut dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya. Dari hasil SDKI (2010) diketahui banyak alasan yang dikemukakan oleh wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi adalah karena alasan fertilitas. Selain alasan fertilitas, alasan lain yang banyak disebut adalah berkaitan dengan alat/cara KB yaitu: masalah kesehatan, takut efek samping, alasan karena pasangannya menolak dan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya terlalu mahal.
Pemerintah terus menekan laju pertambahan jumlah penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB).  Sebab jika tidak meningkatkan peserta KB maka jumlah penduduk Indonesia akan mengalami peningkatan, apabila kesetaraan ber KB, pertahun, angkanya tetap sama (60,3%) maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 menjadi sekitar 255,5 juta. Terkait program KB nasional menurut kepala BKKBN pusat ternyata cukup menggembirakan yaitu kesetaraan ber KB berdasarkan SDKI, tercatat 61,4% dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang ada naik menjadi 65,97%. Demikian juga angka kelahiran total dari 2,7 turun menjadi 2,5. Sedangkan laju pertambahan penduduk menunjukkan angka penurunan dari 2,86% menjadi 1,17% (Wiknjosastro, 2009).
            Di propinsi Sumatera Utara, perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai akhir Desember 2012 mencapai 1.312.405 pasangan atau 65.19% dari 2.013.452 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan pemakaian metode/alat kontrasepsi para pasangan usia subur yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL mencapai 35,24% menyusul pemakaian Suntikan mencapai 33,53%, menggunakan IUD mencapai 10,63%, dengan metode medis operasi wanita (MOW) mencapai 8,34%, peserta Implant mencapai 7,41%, pemakaian Kondom mencapai 4,58% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya 0,28% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB (Wiratno, 2012).
            Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan bahwa pada tahun 2012 jumlah  PUS sebanyak 33.360 orang yang terdiri dari peserta KB aktif sebanyak  10.532 orang, peserta KB baru sebanyak 674 orang. Jumlah peserta KB aktif yang menggunakan implant sebanyak 1.615 orang, sedangkan jumlah peserta KB baru yang menggunakan implant sebanyak 84 orang (Dinkes Kabupaten Tapanuli Selatan, 2013).
Berdasarkan survey awal penelitian yang dilakukan di Puskesmas Sayurmatinggi bahwa jumlah PUS di wilayah kerja Puskesmas Sayurmatinggi sebanyak 2.824 orang. Jumlah peserta KB aktif sebanyak 561 orang, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 74 orang. Jumlah akseptor KB aktif yang menggunakan implant sebanyak 61 orang,  sedangkan jumlah akseptor KB baru yang menggunakan  implant sebanyak 2 orang. Dari seluruh desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sayurmatinggi, desa yang paling tinggi ibu PUS yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah Desa Sipange Siunjam. Dari jumlah ibu PUS yang ada di desa  tersebut yaitu sebanyak 735 orang, jumlah ibu yang menggunakan alat kontrasepsi implan hanya 28 orang (3,8%). Dari data tersebut, jika dibandingkan dengan akseptor KB lainnya seperti KB suntik, pil, dan IUD, minat ibu untuk menggunakan implant masih rendah. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant seperti tingkat pendidikan ibu, pengetahuan yang kurang baik, banyaknya jumlah anak, dan sikap yang negatif terhadap kontrasepsi implant.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memilih judul tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Terhadap Pemakaian Kontrasepsi Implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan  Sayurmatinggi Tahun 2013.

1.2.      Perumusan Masalah
            Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah  faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.


1.3.  Tujuan
1.3.1.   Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam wilayah Puskesmas Sayurmatinggi tahun 2013.
1.3.2.   Tujuan Khusus
1.      Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.
2.      Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.
3.      Untuk mengetahui pengaruh jumlah anak yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.
4.      Untuk mengetahui pengaruh sikap yang mempengaruhi minat ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.

1.4.  Manfaat
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1.      Bagi peneliti
Sebagai bahan informasi bagi peneliti lain jika ingin melakukan peneliti  yang berhubungan dengan masalah yang sama di masa yang akan datang.
2.      Bagi instansi kesehatan
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi instansi kesehatan dalam pelayanan kesehatan, khususnya di Desa Sipange Siunjam wilayah Puskesmas Sayurmatinggi.
3.      Bagi  PUS
Dapat menjadi saran dan masukan bagi PUS dalam rangka peningkatan pengetahuan mengenai  kontrasepsi implant.

1.5.  Hipotesis Penelitian
            Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho      :    Tidak ada pengaruh pendidikan, pengetahuan, jumlah anak, dan sikap ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.
Ha      :    Ada pengaruh pendidikan, pengetahuan, jumlah anak, dan sikap ibu terhadap pemakaian kontrasepsi implant di Desa Sipange Siunjam Kecamatan Sayurmatinggi tahun 2013.
selanjutnya sms ke 085277011414


Menerima olah DATA SPSS utk Sekripsi Kesehatan dengan waktu yang cepat.
paling lama 2 hari. paling cepat 6 jam 
hub ; 085277011414
 
judul lainnya klik DISINI